Tema : Hujan
Ide : Banjir melanda akibat hujan tidak berhenti.
Sajian Cerita : Fiksi
Tokoh : Empus (kucing), Koko (awan)
Konflik : karena hujan lebat turun tidak berhenti
mengakibatkan banjir dimana-mana, akhirnya manusia beramai-ramai membuat
saluran air disisi jalan, agar air hujan tidak menggenangi jalan.
Cerita lengkap:
Hikshikshikk.......
Terdengar suaramenanangis sangat keras.
Ketika Empus mencari dan menghampiri sumber suara
tersebut, tiba-tiba hujan turun sangat lebat membasahi bulu halusnya.
"Aduuh... Buluku basah semua" seru si
empus sambil berlari menuju pohon pisang untuk berteduh.
Hiks hiks hiks... Suara itu semakin keras, sebari
diiringi hujan dan petir menggelegar.
Empus yang hanya seorang diri sangat ketakutan dan
kedinginan.
Hujan semakin lebat dan membuat jalanan banjir
dipenuhi oleh air hujan.
Musim penghujan kali ini sangatlah rentan banyak
sekali bencana banjir dimana-mana.
*****
Setelah hujan mulai reda, manusia saling membantu
untuk menggali tanah membuat saluran air disisi jalan, mereka membuat lubang
saluran air agar air dapat mengalir ke tepi sungai sebrang desa tersebut,
alangkah kompaknya manusia-manusia tersebut sehingga pekerjaan itu dapat
terselesaikan dengan baik dan cepat. Selain membuat saluran air disisi jalan,
manusia pun membuat lubang ditiap
halaman rumahnya untuk penyerapan air kebawah tanah, sehingga air hujan tidak menggenangi halaman
rumah mereka.
Manusiapun mulai membuat lubang untuk pembuangan
sampah/limbah dirumahnya masing-masing.
Setelah selesai membuat saluran air, hujanpun
turun kembali seharian tidak ada sedikitpun jeda untuk berhenti.
Cuaca jadi semakin dingin dan menakutkan karena
hujan lebat disertai angin dan petir saling berganti.
Si Empus yang terjebak hujan saat hendak pulang
kerumahnya, kini ia sedang bertenduj dibawah pohon pisang.
*****
"Aduuh.. Bagaimana ini aku belum makan, perutku
lapar tapi hujan tidak mau berhenti". Empus merasa kebingungan.
Hiks.. Hiks.. Hikssssss....
Jelegaaaarrrrr....
Suara menangis itu semakin keras dengan diiringi
suara petir yang menggelegar.
Empus semakin ketakukan, ia ingin segera
pulang kerumahnya untuk makan.
"Tolong.. Tolong.. Tolong.. Siapa saja tolong
aku..".
Teriak empus mencoba memanggil berharap ada yang
menolongnya.
Lalu tiba-tiba hujan mereda.
"Ada apa empus kau meminta tolong? "
Empus kaget dan mencari sumber suara tersebut.
Ternyata suara tersebut berasal dari atas yaitu salah satu gumpalan awan hitam.
Apakah tadi kamu yang berbicara..wahai awan?
"Tanya empus
Iya tadi aku yang bertanya padamu, namaku koko si awan.
"Oh.. Koko.. Aku empus. Aku terjebak disini
saat sedang perjalanan pulang, tapi hujan tidak mau berhenti". Jawab
empus kepada koko.
"Oohh.. Maafkan aku empus karena aku menangis,
air mataku membasahi semuanya dan membuatmu terjebak disana".Seru koko.
Oh..ternyata engkau yang selama ini menangis koko..?
Tanya empus.
"Iya empus, aku sedih karena temanku pergi
tanpa aku ketahui ia pergi kemana". Cerita Koko.
Tiba-tiba datanglah awan putih mendekati koko.
"Haii..koko.. Kamu kenapa? " tanya koki si
awan putih.
"Aku mencarimu kemana-mana koki tapi tidak
menemukanmu. " jawab koko.
"Maafkan aku koko..aku tadi sedang menemani
mahatari disana." jelas kiko
Lalu Koko sangat gembira karena temannya kembali
padanya, kokopun kini bergembira wajahnya sudah tidak hitam seperti beberapa
waktu yang lalu.
"Empus.. Aku pergi dulu ya.. Aku mau bermain
bersama temanku".pamit koko kepada empus.
"Baik koko.. Selamat
bersenang-senang, jangan menangis lagi ya koko." jawab empus.
Koko dan kiko pergi bersama sambil berlari-lari
saling mengejar. Keceriaan mereka membuat cuaca hari itu menjadi cerah
bersinar.
Selain itu, tumbuh-tumbuhan pun tumbuh subur hijau
diwilayah tersebut membuat suasana pedesaan menjadi hijau segar.
Lalu empuspun langsung berlari menuju rumahnya,
karena perutnya sudah merasa lapar.
Dirumahnya ibu empus sudah menunggu kedatangan
anaknya untuk makan siang bersama.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar